Kampung idiot
JUMLAH kawasan pemukiman terpencil yang ditengarai menjadi konsentrasi warga penderita keterbelakangan mental atau biasa disebut dengan istilah "kampung idiot" di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, sepertinya akan segera bertambah.
Sinyalemen itu mengemuka, setelah seorang perangkat Kaur Kesra dari Desa Pandak, Kecamatan Balong, Subari, Minggu (19/12) mengungkapkan, adanya 52 warganya yang sudah terdata menderita keterbelakangan mental.
"Jumlah ini masih dimungkinkan bertambah, jika pemerintah bersedia melakukan pendataan serta pemeriksaan kesehatan menyeluruh," katanya.
Menurut Subari, fenomena keterbelakangan mental yang dialami warganya sudah berlangsung puluhan tahun. Jumlahnya yang sangat banyak serta adanya pertalian darah antara satu penderita dengan penderita lain, membuat Subari mengistilahkan desanya sudah mirip kampung idiot.
"Di mana-mana selalu ada orang idiot, sehingga pantas jika desa kami disebut kampung idiot," ujarnya.
Di Kabupaten Ponorogo, selama ini memang telah dikenal dua pemukiman yang kemudian lebih dikenal sebagai "kampung idiot".
Kedua kampung itu adalah Desa Sidowayah, Kecamatan Jambon serta Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong.
Jumlah warga yang mengalami keterbelakangan mental di dua desa ini menurut data dari perangkat desa maupun Dinas Kesehatan Ponorogo mencapai 100 orang lebih.
Di Desa Karangpatihan saja, misalnya, data awal menurut survei manual oleh pihak perangkat desa menyebut jumlah penderita keterbelakangan mental sebanyak 43 orang.
Namun, setelah dilakukan intervensi layanan kesehatan oleh pemerintah daerah melalui Dinkes, ditemukan angka penderita mencapai 111 orang.
Fenomena serupa juga terjadi di Desa Sidowayah, Kecamatan Jambon yang diduga memiliki warga idiot sebanyak 50-an orang lebih.
Menurut analisa kedokteran, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada diri seseorang.
Faktor dimaksud antara lain adalah pengaruh gizi (kurang asupan gizi), pertalian sedarah, faktor genetika, serta pengaruh lingkungan.
"Dulu, waktu masih bayi usia dua bulan anak saya menderita demam tinggi dan mengalami kejang-kejang. Tapi karena tidak memiliki uang dan letak tempat bidan sangat jauh, kami hanya mengobatinya dengan cara tradisional. Sejak itulah pertumbuhan anak saya mulai terganggu hingga sekarang," kata Katijah, salah seorang keluarga yang memiliki dua anak idiot di Desa Pandak.
Belum ada konfirmasi dari pihak Pemkab Ponorogo maupun Dinas Kesehatan setempat menanggapi ditemukannya konsentrasi baru warga idiot di daerah tersebut.
Perhatian besar justru datang dari anggota DPR RI Ramadhan Pohan yang mengkonfirmasi Antara melalui telepon bahwa pihaknya berencana mengkoordinasikan bantuan sekaligus penanganan dengan Kementrian Sosial RI. (Ant/apr)
sumber : www.wartakota.co.id
Sinyalemen itu mengemuka, setelah seorang perangkat Kaur Kesra dari Desa Pandak, Kecamatan Balong, Subari, Minggu (19/12) mengungkapkan, adanya 52 warganya yang sudah terdata menderita keterbelakangan mental.
"Jumlah ini masih dimungkinkan bertambah, jika pemerintah bersedia melakukan pendataan serta pemeriksaan kesehatan menyeluruh," katanya.
Menurut Subari, fenomena keterbelakangan mental yang dialami warganya sudah berlangsung puluhan tahun. Jumlahnya yang sangat banyak serta adanya pertalian darah antara satu penderita dengan penderita lain, membuat Subari mengistilahkan desanya sudah mirip kampung idiot.
"Di mana-mana selalu ada orang idiot, sehingga pantas jika desa kami disebut kampung idiot," ujarnya.
Di Kabupaten Ponorogo, selama ini memang telah dikenal dua pemukiman yang kemudian lebih dikenal sebagai "kampung idiot".
Kedua kampung itu adalah Desa Sidowayah, Kecamatan Jambon serta Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong.
Jumlah warga yang mengalami keterbelakangan mental di dua desa ini menurut data dari perangkat desa maupun Dinas Kesehatan Ponorogo mencapai 100 orang lebih.
Di Desa Karangpatihan saja, misalnya, data awal menurut survei manual oleh pihak perangkat desa menyebut jumlah penderita keterbelakangan mental sebanyak 43 orang.
Namun, setelah dilakukan intervensi layanan kesehatan oleh pemerintah daerah melalui Dinkes, ditemukan angka penderita mencapai 111 orang.
Fenomena serupa juga terjadi di Desa Sidowayah, Kecamatan Jambon yang diduga memiliki warga idiot sebanyak 50-an orang lebih.
Menurut analisa kedokteran, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada diri seseorang.
Faktor dimaksud antara lain adalah pengaruh gizi (kurang asupan gizi), pertalian sedarah, faktor genetika, serta pengaruh lingkungan.
"Dulu, waktu masih bayi usia dua bulan anak saya menderita demam tinggi dan mengalami kejang-kejang. Tapi karena tidak memiliki uang dan letak tempat bidan sangat jauh, kami hanya mengobatinya dengan cara tradisional. Sejak itulah pertumbuhan anak saya mulai terganggu hingga sekarang," kata Katijah, salah seorang keluarga yang memiliki dua anak idiot di Desa Pandak.
Belum ada konfirmasi dari pihak Pemkab Ponorogo maupun Dinas Kesehatan setempat menanggapi ditemukannya konsentrasi baru warga idiot di daerah tersebut.
Perhatian besar justru datang dari anggota DPR RI Ramadhan Pohan yang mengkonfirmasi Antara melalui telepon bahwa pihaknya berencana mengkoordinasikan bantuan sekaligus penanganan dengan Kementrian Sosial RI. (Ant/apr)
sumber : www.wartakota.co.id
0 komentar:
Post a Comment