Lebih Dekat Dengan Wali Songo Ngabar

Pondok Pesantren Wali Songo adalah salah satu pondok pesantren yang terletak di kabupaten Ponorogo tepatnya di desa Ngabar kecamatan Siman kabupaten Ponorogo.
Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pondok Ngabar ini adalah lembaga pendidikan Islam tempat memberikan pengajaran secara mendalam kepada pemuda dan pemudi Islam dengan berbagai pendidikan dan pengajaran, termasuk ilmu-ilmu agama maupun umum. Pesantren ini didirikan oleh KH Mohammad Thoyyib dan dibantu oleh ketiga putranya yaitu KH. Ahmad Thoyyib, KH. Ibrohim Thoyyib dan KH. Ishaq Thoyyib pada tanggal 4 April 1961. Semenjak awal berdirinya sampai sekarang dan seterusnya, bebas dari afiliasi dengan partai-partai politik dan golongan apapun.

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, penyiaran agama Islam pada umumnya mengalami hambatan dan kesulitan. Demikian halnya di desa Ngabar yang keadaannya masih sangat mundur, baik di bidang ekonomi, pendidikan maupun sosial budaya, terutama di bidang pengamalan agama Islam. Berjudi, minum candu dan minum-minumam keras adalah di antara perbuatan munkar yang biasa dilakukan. Pengajaran agama Islam saat itu mengalami tantangan keras dari masyarakat Ngabar yang terbiasa dengan perbuatan maksiat seperti judi dan minuman keras. Terdorong keinginan untuk menyebarluaskan agama dan menyadari beratnya tantangan masyarakat yang dihadapi, maka timbul pikiran KH. Mohammad Thoyyib untuk mendirikan lembaga pendirikan yang lebih terarah, sebagai langkah menyiapkan generasi islam di masa akan mendatang. KH Mohammad Thoyyib salah seorang penduduk desa Ngabar yang alumnus Pondok Pesantren Salafiyah, bercita-cita dan berkemauan keras untuk menunjukkan masyarakatnya ke jalan lurus, jalan yang mestinya mereka lalui, yakni jalan Allah swt. Cita-cita mendirikan pondok pesantren telah lama ada dibenak KH. Mohammad Thoyyib dan telah dirintis jalan ke arah realisasinya. Semenjak tahun 1920 beliau telah menjadi Kiyai di desa Ngabar, yang selain menjadi imam masjid juga mengajar mengaji Al Qur’an di suraunya yang dikenal dengan Langgar Blok Kidul (Surau Kelompok Selatan).
Untuk mewujudkan cita-citanya yang luhur itu, halangan demi halangan, kesulitan demi kesulitan beliau singkirkan dengan perjuangan yang sangat gigih. Beliau berpendapat bahwa jalan pendidikan adalah jalan yang paling tepat untuk melaksanakan tujuan mulianya itu. Dengan kesadaran ini, dimasukkannya putra-putranya di Pondok-Pondok Pesantren Salafiyah yang berada di Ponorogo, seperti Pondok Pesantren Joresan dan Pondok Pesantren Tegalsari. Kemudian untuk penyempurnaan pembinaan kader-kader ini dimasukkannya putra-putranya ke Pondok Modern Darussalam Gontor. Daiajak pula kawan seperjuangannya untuk turut serta mengkaderkan putranya ke pondok-pondok tersebut.
Cita-cita KH Mohammad Thoyyib itu mulai dilaksanakan pada 1946 dengan mendirikan Madrasah Diniyah Bustanul Ulum Al Islamiyah yang dipimpin oleh KH Ahmad Thoyyib. Dari model madrasah Ibtidaiyah itu kemudian dapat dikembangkan lembaga-lemabaga lain. Pada tahun 1950 didirikan Taman Kanak-kanak Al Manaar, kemudian pada tahun 1958 didirikan Tsanawiyah Lil Mu’allimin, yang beberapa tahun kemudian berkembang menjadi Tarbiyatul Mu’allimin Al Islamiyah dan Tarbiyatul Mu’allimat Al Islamiyah. Sementara itu nama Madrasah Diniyah Bustanul Ulum Al Islamiyah beberapa tahun kemudian diganti menjadi Madrasah Ibtidaiyah Mambaul Huda Al Islamiyah.[1]
Sampai saat itu , seluruh siswa yang nyantri berasal dari daerah sekitar Ngabar, baru pada tahun 1961 datanglah sembilan orang santri yang berasalkan dari daerah di luar Ponorogo yang dengan sendirinya memerlukan tempat tinggal. Kedatangan mereka membuka lembaran baru dengan didirikanya secara resmi Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar 4 April 1961.[2]
Pondok Pesantren ini diberi nama: “Pondok Pesantren Wali Songo” karena:
  1. Santrinya yang pertama kali mondok berjumlah sembilan orang yang datang dari Jawa dan dari luar Jawa.
  2. Optimisme agar para santri setelah selesai mondok dapat mengembangkan Dakwah Islamiyah sebagaimana diemban oleh para da’i terdahulu, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo
Sistem Pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar menggunakan program formal terpadu (terpadu antara pendidikan formal dan nonformal, keilmuan Agama Islam dan Umum, akademis dan kemasyarakatan); berasrama dengan didukung oleh pembinaan intensif dan proporsional di dalam dan di luar kelas selama 24 jam. Ustadz, Ustadzah dan kanselor hampir semuanya berlatar belakang pendidikan pesantren (Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, Pondok Modern Gontor dll), serta berbagai sarjana lulusan perguruan tinggi di dalam atau di luar Negeri.

Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar adalah lembaga pendidikan Pondok Pesantren yang di dalamnya terdapat jenjang-jenjang pendidikan formal dengan sistem klasikal. Melalui jenjang-jenjang pendidikan yang ada para santri-santri tidak hanya mendapatkan pendidikan agama tetapi juga mendapatkan pendidikan umum yang memadai.
Jenjang pendidikan yang ada meliputi:
  1. Jenjang pra sekolah: Tarbiyatul Athfaal al-Manar (tidak berasrama).
  2. Madrasah Ibtidaiyah Mamba’ul Huda (berasrama/tidak berasrama; setingkat SD; 6 tahun).
  3. Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (khusus putra; 6 tahun bagi tamatan SD dan 3 atau 4 tahun bagi tamatan M.Ts./SLTP; berasrama; pendidikan formal setingkat MTs/SLTP dan MA/SMU).
  4. Tarbiyatul Mu’allimat al-Islamiyah (khusus putri; 6 tahun bagi tamatan SD dan 3 atau 4 tahun bagi tamatan M.Ts./SLTP; berasrama; pendidikan formal setingkat MTs/SLTP dan MA/SMU).
  5. Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (jenjang S-1; Fak. Dakwah, Syari’ah, Tarbiyah; berasrama).
Pondok pesantren Wali Songo selalu mementingkan pendidikan dan pengajaran. Secara umum arah dan tujuan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Wali Songo dapat disimpulkan menjadi 8(delapan):
  1. Bertakwa kepada Allah : Pendidikan di Pondok Pesantren Wali Songo mengarahkan anak didiknya untuk berjiwa takwa, bertakwa kepada Allah dimana ia berada dan bagaimanapun situasinya. Takwa adalah sifat yang paling diutamakan kepada anak didik Pondok Pesantren Wali Songo.
  2. Beramal Sholeh : Beramal sholeh merupakan cerminan dan kaca diri seorang santri. Pondok Pesantren Wali Songo sangat mengarahkan pendidikan dan pengajaran untuk selalu beramal sholeh sebagai perwujudan dan mata pelajaran yang diserap dibangku sekolah.
  3. Berbudi luhur (Noble caracter/Akhlakul Karimah) : Pondok Pesantren Wali Songo mengarahkan anak didiknya agar mereka memilki budi pekerti yang mulia. Segala gerak-gerik dan langkahnya harus bersumber kepada prinsip budi pekerti yang luhur dan terpuji.
  4. Berbadan sehat : Budi pekerti yang luhur, mental yang sehat harus diimbangi pula dengan jasmani yang sehat, hingga terwujudlah satu kehidupan yang harmonis, hidup yang seimbang antara jasmani dan rohani. Kesehatan Sebagaimana semboyan “Men Sana In Corporisano”. “Al-aqlussalim fil jismissalim” akal yang sehat terletak pada jasmani yang sehat.
  5. Berpengetahuan Luas (Broad Knowledge) : Di Pondok Pesantren Wali Songo tidak hanya diberi ilmu agama saja, atau hanya ilmu pengetahuan saja. Ini pun tidak hanya terbatas oleh keempat dinding kelas saja, (formal) tetapi juga ilmu pengetahuan di luar kelas, (informal). Di samping itu diberikan juga ilmu pengetahuan kemasyarakatan secara luas, hal ini dimaksudkan agar para santri tidak fanatik hanya kepada satu golongan saja, tetapi sanggup mencari segala dasar amaliyah (pengamalan), serta segala sumber-sumbernya secara positif. Adanya sering terjadi cekcok dan pertengkaran dalam masyarakat pada umumnya, antara golongan Islam dan yang lainnya, disebabkan kurangnya pengetahuan,pengertian, dan pandangan secara luas. Pondok mengarahkan kepada suatu perdamaian antara umat Islam, dan bebas dari khalafiyah golongan. Hal ini telah lama berjalan. Pondok berusaha selalu agar perdamaian itu tetap terjaga. Walaupun guru-guru berada dalam berbagai wadah golongan Islam, tetapi di pondok selalu dalam keadaan damai. Pondok di atas semua golongan dan untuk semua golongan.
  6. Berpikiran Bebas (Independent mind) : Di Pondok tidak ada tekanan. Yang ada didalamnya peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, disiplin dan sunnah yang sudah berjalan sejak lama. Siapa yang mengabaikan dan melanggar peraturan, disiplin dan sunnahnya, akan terkena resikonya. Dia sudah seharusnya mempertanggung jawabkan pelanggarannya, itu bukan paksaan. Semua berjalan dengan bebas, bebas berfikir dan bebas bertindak, bebas menyalurkan inisiatif dan aspirasinya, selagi kebebasan tidak disalahgunakan. Kebebasan di pondok, ialah kebebasan yang membawa maslahat dan manfaat di dunia dan akhirat. Bebas berdisiplin, bebas belajar dengan sebaik-baiknya, bebas dari segala pengaruh negatif dari kolonial dan seterusnya. Ini semua, akan menuju nilai-nilai yang positif, bermanfaat dunia dan akhirat. Inilah dia arti bebas terpimpin.
  7. Berwiraswasta : Disamping tujuan dan arah diatas, Pondok Pesantren Wali Songo bukan mendidik agar para santrinya menjadi orang yang tidak berani hidup mandiri, tetapi agar menjadi orang yang berani hidup mandiri lagi giat dalam Tholabul ‘ilmi (mencari ilmu) dengan suci, ibadah memenuhi perintah agama.Tentang nanti menjadi dapat menjadi pegawai negeri atau tidak, sama sekali tidak menjadi dasar atau pemikiran atau perhitungan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Wali Songo.
  8. Cinta tanah air : Santri Pondok Pesantren Wali Songo diajarkan untuk mencintai tanah airnya dengan sepenuh hati. Dengan itu, diharapkan para santri memiliki jiwa nasionalis, kerelaan berkorban demi kejayaan bangsa dan negara Indonesia. Santri ditanamkan sikap peduli dengan sesamanya, tidak acuh dengan lingkungan sekitar, ini membuktikan bahwa Pondok Pesantren Wali Songo peduli dengan masa depan generasi muda, penerus cita-cita para pendahulu.
Repost from http://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Pesantren_Wali_Songo_Ngabar_Ponorogo

0 komentar:

Post a Comment

tattoo 2013 car modification haircut script tattoo